Alasan utama di balik banyaknya orang memilih bekerja sebagai sopir ojol (ojek online) di kota-kota besar Indonesia, termasuk Jakarta terungkap.
Fakta itu didapat dari survei yang dilakukan Research Institute of Socio-Economic Development (RISED). Menurut survei itu, jam kerja fleksibel jadi alasan utamanya.
Ketua Tim Riset dan Ekonom RISED, Rumayya Batubara, Rabu 8 September 2021 mengatakan, alasan itu jadi temuan terpenting dari survei terkait transportasi online selama pandemi Covid-19.
Survei dilakukan memakai metode “non-probability sampling” terhadap 700 mitra ojol roda dua dan roda empat di 10 kota pada Juni 2021. Survei melibatkan pengemudi mitra Grab dan Gojek.
Rumayya Batubara menyebut, survei dilakukan karena perdebatan dan diskusi baru-baru ini seputar model kemitraan di industri ojol.
“Sektor ekonomi digital yang identik dengan konsep sharing economy seringkali dianggap sebagai sektor yang rentan bagi pekerja karena kemitraan menjadi hubungan kerja yang utama,” ujarnya.
Temuan menarik lainnya dari survei itu adalah sebagian besar mitra pengemudi menganggap kemitraannya dengan perusahaan, seperti Gojek dan Grab, telah berjalan baik dan telah memenuhi unsur-unsur kemitraan sebagaimana diatur Undang-Undang Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (UMKM).
Rumayya Batubara mencatat, 75 persen mitra ojol mengaitkan jam kerja yang fleksibel sebagai alasan utama di balik pilihannya bekerja. Hampir semua, 94 persen, menganggap jam kerja fleksibel sebagai hal yang penting.
Artinya, mitra pengemudi ride-hailing memiliki alasan khusus memilih pekerjaan mereka dan menunjukkan bahwa mereka juga menyadari bahwa hubungan kerja dengan perusahaan berbeda dengan hubungan kerja tradisional di sektor yang lebih konvensional.
Oleh karena itu, pengaturan kerja antara mitra pengemudi ojol dengan perusahaan lebih tepat diakomodasi sebagai kemitraan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM.
“Elemen fleksibilitas akan hilang jika pengaturan kerja menjadi hubungan karyawan-majikan. Akan ada peraturan jam kerja yang mengikat dan tidak fleksibel. Namun, dalam skema kemitraan, mitra pengemudi memiliki kebebasan menentukan kapan harus memulai dan menyelesaikan pekerjaannya,” ujar dia seperti dilaporkan Antara.
Sebelum dapat pekerjaan tetap
Menurut Rumayya, survei tersebut juga menemukan bahwa faktor kedua yang paling signifikan untuk memilih bekerja sebagai pengemudi ojol adalah karena mitra tidak memiliki pekerjaan tetap.
Hal itu menunjukkan bahwa bekerja sebagai pengemudi ojol jadi alternatif sebelum beralih ke pekerjaan lain.
Survei menemukan bahwa mitra pengemudi telah menerima berbagai bentuk bantuan dari perusahaan, termasuk bantuan operasional, pelatihan, dan pengembangan.***