Berbagai Upaya Jegal Anies Agar tak Ikut Nyapres
Nasional – www.bakinonline.com
Upaya jegal Anmies Baswedan (Anies) dinilai sebagai pertarungan politik tingkat tinggi, jadi ga ada urusan dengan isu kadrun, radikal, intoleransi atau sejenisnya, itu semua isu sampah. kita dibuat bodoh kalau percaya isu itu. Munculnya Anies sebagai kandidat Capres 2024 menjadi ancaman bagi kepentingan satu, dua gelintir orang yang kemungkinan kepentingannya akan terganggu.
Penjegalan Anies berlapis-lapis dengan berbagai kasus yang sengaja diangkat, intinya ’Anies ga boleh nyapres.’ dipastikan ada pihak tertentu yang merasa tidak aman kalau Anies nyapres. antara lain bisnisnya tidak aman, kepentingan politiknya tidak aman, bahkan diri mereka juga bisa jadi akan tidak aman. Anies adalah satu-satunya kandidat yang oleh mereka dianggap tidak bisa dikendalikan. Karena itu, Anies harus dihentikan dengan cara apapun.
Sementara itu, Andi Arief Politisi Demokrat yang terkenal tegas ini blak-blakan soal penjegalan terhadap Anies itu serius. Bahkan publik pun sebenanrnya sudah sangat paham.
Diketahui, ada tiga langkah yang dilakukan untuk jegal Anies.
Langkah Pertama, jadikan Anies tersangka. Pra Pilgub DKI 2017 hingga hampir selesai masa kerja lima tahun sebagai gubernur, kasus demi kasus terus dicari. Kasus DP 0%, gak ketemu. Formula E masih tanda tanya, Commitment fee ternyata bukan pelanggaran. Tanggal pembayaran? di sini dicari celahnya. Meski sudah disetujui banggar, pembayaran Formula E mau diutak-atik.
Pembayaran sebelum Sidang Paripurna DPRD mau dipermasalahkan. Padahal, tak ada pelanggaran hukum. Itu hanya soal adnministrasi belaka. Apalagi, ini dilakukan untuk menghindari denda. Kalau kena denda, harus keluar uang lagi. Anies selamatkan event Formula E dari denda. Kok mau ditersangkakan? Ini bisa memicu gejolak sosial, kata salah seorang ketua umum partai dengan wajah marah.
Hal yang sama dikhawatirkan sejumlah orang, kalau Anies “dipaksa jadi tersangka” apakah akan terjadi gejolak sosial, tanya sejumlah anggota dewan dan aktifis ke saya. Boleh jadi apa yang diungkapkan Ketua Umum Partai itu benar-benar terjadi, jawabku. Jawaban yang aman.
Saat ini, Anies boleh dibilang satu-satunya ekspektasi bagi rakyat yang selama ini merasa tak terakomodir aspirasinya. Jika ekspektasi ini hilang, mereka bisa putus asa. Frustasi! Dan ini bisa menjadi sumber lahirnya gejolak sosial-politik itu. Sebab, tak ada lagi harapan. Ngeri!
Jangan “paksa” Anies jadi tersangka jika tidak benar-benar ada bukti layaknya tersangka yang lain. Yang ada bukti, jelas dan kasat mata saja, gak kunjung dijadikan tersangka. Anies yang menurut banyak ahli hukum tidak melanggar mau dijadikan tersangka. Hal ini bukan saja akan dicatat sebagai sejarah terburuk bagi demokrasi di Indonesia, tapi juga berpotensi menimbulkan gejolak sosial-politik. Ini juga akan membuat kualitas Pemilu 2024 menjadi pemilu terburuk di era reformasi. Emang ada yang mikirin kualitas pemilu? Banyak yang masa bodoh!
Langkah kedua, Anies jangan sampai dapat tiket nyapres. Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dibentuk oleh PPP, PAN, dan Golkar dibaca publik sebagai upaya untuk jegal Anies. Publik tahu bahwa kader dan pemilih PPP-PAN mayoritas mendukung Anies. Terlalu berisiko jika dua partai ini dukung capres lain. Elektoral bisa jeblok. Suka tidak suka, fakta politiknya menunjukkan bahwa kader dan konstituen dua partai ini mayoritas dukung Anies. Partai yang tidak aspiratif terhadap konstituennya, bisa collaps! Kita lihat di pemilu 2024 nanti.
Golkar sendiri? Ada Jusuf Kalla dan Akbar Tanjung. Dua tokoh KAHMI ini masih punya pengaruh besar terhadap Golkar. Keduanya lebih dekat dengan Anies dari pada kandidat-kandidat yang lain. Ada kemungkinan merapat ke Anies setelah KIB gak berujung.
Kehadiran Partai Komunis China (PKC) ke kantor Golkar baru-baru ini juga dicurigai oleh sejumlah pihak sebagai upaya untuk menjegal Anies. Nah, kecurigaan ini perlu ditelusuri. Benarkah?
Setelah KIB terbentuk, munculah NasDem, PKS, dan Demokrat yang semakin intens berkomunikasi. Arahnya akan mengusung Anies. Tiga partai ini hampir solid. Gabungan dari tiga partai ini cukup memenuhi syarat untuk mengusung Anies. Tapi, masih ada satu persoalan. Demokrat bisa pindah tangan jika Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) memenangkan Moeldoko.
Mungkinkah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan melemah dan membuka ruang negosiasi untuk menghentikan langkahnya mendukung Anies? Hanya SBY dan Tuhan yang tahu.
Teriakan Andi Arief sebagai kader militan Demokrat mungkin bisa dibaca dari sini.
Langkah ketiga, jika langkah pertama dan kedua gagal dan Anies tetap bisa maju di Pilpres 2024, maka cara terakhir adalah menggunakan infrastruktur kecurangan. Ini akan bisa masif jika kubu Anies tidak mengantisipasinya. Kemungkinan akan ada sejumlah institusi dan lembaga yang dilibatkan untuk mengalahkan Anies di Pilpres 2024.
Anda ingat Pilgub DKI 2017? Ada instruksi kepada sejumlah kepala daerah datang ke Jakarta untuk memenangkan Ahok. Ada sejumlah TPS dimana di putaran pertama Anies-Sandi tidak dapat suara satu pun. Baru di putaran kedua, Anies-Sandi bisa menang di beberapa TPS itu. Dahsyat bukan?
Jadi, ini semua gak ada urusannya dengan isu kadrun, radikal, intoleransi atau sejenisnya. Itu semua sampah. Anda bodoh kalau percaya isu ini. Orang Arab bilang: “bahlul murakab”. Yang terjadi adalah pertarungan politik tingkat tinggi, dimana munculnya Anies sebagai kandidat Capres 2024 menjadi ancaman bagi kepentingan segelintir orang.
Mereka merasa tidak aman. Munculah kemudian isu-isu sampah itu. Dan mereka yang goreng isu itu saat ini sedang bekerja keras untuk jegal dan hentikan Anies, sebagaimana yang Andi Arief bongkar itu. Paham?
Akhirnya, apakah Anies akan terjegal dan bisa dihentikan? Atau Anies melenggang dan menjadi Presiden RI ke-8? Mari kita tunggu takdir masa depan bangsa ini.
(son/resp.bkn/b)