Pemilu Serentak 2024 Masih Menimbulkan Sejumlah Masalah…?
Nasional – www.bakinonline.com
Kontroversi hasil pemungutan suara perhitungan cepat ‘real count’ Pemilihan Umum (Pemilu) serentak tahun 2024, dengan banyaknya lembaga survei yang menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat.
Sementara beberapa lembaga survei dianggap tidak netral dan diarahkan oleh oknum tertentu, Rektor Universitas Nasional Pasim, Eko Travada (Eko), yang juga merupakan Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) pada Pemilu 2024 itu, menyoroti pentingnya real count yang akurat dan transparan.
Menurut Eko, hasil real count yang seharusnya dipantau dan dianggap valid adalah hasil yang dikeluarkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) melalui laman resmi https://pemilu2024.kpu.go.id. Pernyataannya itu menggarisbawahi pentingnya mengacu pada sumber resmi yang memiliki otoritas dan independensi dalam proses penghitungan suara.
“Dalam mengamati hasil Pemilu, kita harus memastikan bahwa real count yang diandalkan adalah yang disampaikan oleh KPU melalui laman resmi mereka. Hal ini penting untuk memastikan integritas dan kepercayaan publik terhadap proses demokrasi kita,” ungkap Eko kepada wartawan.
Eko juga menegaskan harapannya agar Pemilu di Indonesia dapat berlangsung dengan aman dan tentram.
“Kami berharap agar Pemilu berjalan lancar, tanpa adanya gangguan ataupun insiden yang mengancam keamanan dan ketertiban masyarakat. Kepentingan rakyat harus tetap menjadi prioritas utama dalam setiap tahapan Pemilu,” Eko berharap.
Pernyataan Eko itu menjadi sorotan masyarakat yang mempertanyakan validitas dan keabsahan hasil Pemilu 2024. Dalam suasana politik yang panas. Dalam pelaksanaan Pemil yang Jujur dan Adil (Jurdil), transparansi menjadi kunci untuk memelihara stabilitas dan kepercayaan publik dalam proses demokrasi.
Mang Comment, “Informasi perhitungan cepat ‘real count’ hasil Pemilu 2024 masih menimbulkan sejumlah masalah, Masalah itu terjadi pada kesalahan proses sistim rekap ‘Sirekap’ yang menguntungkan salah satu pasangan capres. Hal itu menunjukan penggelembungan jumlah suara, diketahui hingga sekitar 60-70% untuk 01,” dari hasil real count yang telah beredar.
“Apapun alasannya, kinerja KPU telah menimbulkan keresahan dan kekecewaan di tengah masyarakat. Dan juga telah merugikan Negara terkait dana yang digunakan, dengan hasl Pemilu yang tidak valit dan diragukan keabsahannya… ?.” tambahnya.
“KPU, masyarakat dan pakar IT disibukan dan mempermasalahkan sitim IT yang digunakan. Sementara pasangan capres yang merasa diuntungkan nampak lenggang-kangkung menyiapkan calon anggota kabinetnya,” pungkasnya.
(mws/red.bkn/b)