(oleh : Sudarjono, Pengamat Sosial Budaya)
Jawa Tengah – bakinonline.com
Halal Bihalal dan Syawalan merupakan salah satu tradisi/budaya yang berkembang di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya bagi umat Islam. Tradisi/budaya ini pada umumnya dilakukan usai Lebaran Idul Fitri, tepatnya di bulan Syawal.
Tradisi Halal Bihalal menjadi kegiatan tahunan yang bertujuan untuk menjalin silaturahmi dengan saling maaf-memaafkan. Meskipun istilah tersebut diketahui berasal dari bahasa Arab, namun tradisi/budaya Halal Bihalal tersebut diketahui lahir dari masyarakat Indonesia.
Halal Bihalal, merupakan kata majemuk bahasa Arab dari kata halala yang diapit dengan satu kata penghubung ba (dibaca: bi). Kata tersebut artinya penyelesaian masalah, mencairkan yang beku, dan melepaskan ikatan membelenggu.
Sedangkan Halal Bihalal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Halal Bihalal yaitu, diartikan hal maaf-memaafkan setelah menunaikan ibadah puasa Ramadan. Biasanya kegiatan diadakan sekelompok orang di auditorium atau aula, selain itu Halal Bihalal dimaknai sebagai silaturahmi.
Makna Halal Bihalal, pada intinya merupakan kegiatan silaturahmi dan saling maaf-memaafkan. Disebutkan dalam suatu riwayat, sebagai upaya menyambung tali silaturahmi, memperluas rezeki dan memperpanjang umur.
Dalam kesempatan ini, Keluarga besar Alumni ke Lima STM Pembangunan Temanggung (Stemba Lima ‘Stemba’) Angkatan Lima “Stemba Lima” mengadakan acara Halal Bihalal/Syawalan pasca Idul Fitri 1443 H. yang diselenggarakan di Ruang Serba Guna kampus “Stemba” jalan Kadar, Maron Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, tepatnya pada hari Minggu (29/5/2022).
Dalam acara itu, hadir sekitar 40 alumnus angkatan lima “Stemba” dari berbagai daerah di Indonesia dan juga Ibu Aster Aswini, S.Pd. M.Pd. kepala sekolah yang baru, hadir juga guru kimia ibu Pranggonowati, guru PHP ibu Sulastri, dan kakak kelas angkatan tiga mas Casmono, Nampak suasana akrap penuh kekeluargaan mewarnai dalam acara Syawalan.
Kepala Sekolah menyampaikan, “sebagai kepala sekolah yang baru sangat senang dan bahagia melihat Alumni Stemba angkatan lima yang tetap kompak dalam memperpanjang silaturahminya, yang saya anggap sebagai kakak mengingat usia saya lebih muda,” sindir dalam sambutanya.
Selain itu, ia minta masukan yang positip untuk dirinya dan siswa-sisiwi SMPK Negeri 1 (yang dulunya STM Pembangunan), untuk kemajuan bersama.
“Apa bila ada masukan untuk kemajuan sekolah dan tambahan bekal ilmu siswa-siswi, kami sangat rispon dan menerima dengan baik,” harap Kepala Sekolah
Disisi lain, kawan kita Darmadi mengisahkan pengalamannya selama belajar di Stemba, dengan masa pendidikan 4 tahun (normalnya), dengan adanya kebijakan Menteri Pindidikan dan Kebudayaan saat itu menjadi 4,5 tahun.
Namun, Darmadi dengan alasan masih disayangi guru-guru, maka harus menempuh masa pendidikan selama 5,5 tahun di Stemba, (dapat bonus 1 tahun).
“saya ini salah satu murid dari 9 orang yang disayang bapak dan ibu guru sehingga harus menempuh pendidikan 5,5 tahun (tidak lulus). Ini hampir sama lamanya saya waktu sekolah di SD” kata Darmadi dengan nada memelas, yang mendapat tepuk tangan dari kawan-kawan.
Tepuk tangan ini bukan karena senang Darmadi harus tetap di Stemba, namun karena cara penyampaian Darmadi yang lugas (lugu), dengan eting memelas, sehingga dapat menghibur peserta yang hadir.
Lain lagi Sudarjono (Darjono) teman dekatnya menilai, Darmadi memilih 5,5 tahun karena ada yang dibidik (diarah), yaitu ‘prima dona’ siswa SMA Muhamadiyah yang tinggal di dekat sekolahan. Dan benar juga, hingga sekarang menjadi teman hidupnya dalam suatu rumah tangga, hehehe …..
Herlis Setiyono menyampaikan, kegiatan Syawalan ini dilakukan secara spontan (mendadak) namun dapat dihadiri cukup banyak dan berjalan lancar sesuai rencana dan tujuannya.
Untuk menyempurnakan acara itu, hadir Bapak Ustadz Supangkat, M.Ag; yang menguraikan makna dan pentingnya silaturahmi khusnya bagi alumni Stemba Lima, agar terjalin ikatan persahabatan yang kuat, ia juga menyampaikan perlunya toleransi dalam pergaulan, persahabatan dan beragama. Agar tercipta masyarakat Indonesia yang rukun dan damai dalam bermasyarakat.
Lebih lanjut, “Orang atau kita semua yang hadir di acara Halal Bihalal/Syawalan ini, menandakan punya kesalahan ‘dan sadar akan itu’ makanya mau dan berniat hadir untuk meminta maaf dan saling memafkan,” ustadz Supangkat menjelaskan.
