• Kontak
  • Tentang Kami
  • Beriklan di Bakin Online
Bakin Online
Advertisement
  • Home
  • Opini
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hukum & Ham
  • Pariwisata
  • Sosial Budaya
  • Properti
  • Sekilas Info
  • Staf Redaksi
No Result
View All Result
  • Home
  • Opini
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hukum & Ham
  • Pariwisata
  • Sosial Budaya
  • Properti
  • Sekilas Info
  • Staf Redaksi
No Result
View All Result
Bakin Online
No Result
View All Result
Home Opini

“Petruk Dadi Ratu” Salah Satu Bentuk Kritik Sosial Masyarakat

Bakin Pusat by Bakin Pusat
June 8, 2023
in Opini
0
“Petruk Dadi Ratu” Salah Satu Bentuk Kritik Sosial Masyarakat ...

bakinonline.com

0
SHARES
202
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

“Petruk Dadi Ratu” Salah Satu Bentuk Kritik Sosial Masyarakat

(Sudarjono, Pengamat Sosial Budaya)

www.bakinonline.com – Lakon ‘Petruk Dadi Ratu’ atau Petruk Menjadi Raja dalam kisah pewayangan, merupakan cerita carangan atau karangan pujangga yang tidak ada dalam cerita Mahabarata.

Bagi masyarakat jawa yang senang dengan pagelaran wayang kulit, lakon ‘Petruk Dadi ratu’ pastinya sudah tidak asing lagi. Dalam lakon ‘Petruk Dadi Ratu’ terjadi perselisihan yang berujung pada pertempuran antara Bambang Priambodo melawan Dewi Mustokoweni, keduanya sama-sama mempunyai kedikdayaan (kesaktian). Sama-sama gagah perwira, adigang-adigung dan pilih tanding sehingga keduanya tak ada yang kalah dan tak ada yang menang.

Mereka bertempur karena memperebutkan pusaka Jimat Kalimusodo yang teramat sakti. Pusaka Jimat Kalimusodo terkadang berada di tangan Dewi Mustokoweni terkadang berada di tangan Bambang Priambodo, mereka saling berebut begitu seterusnya hingga pusaka itu saling berpindah tangan di antara keduanya.

Suatu ketika Bambang Priambodo dapat merebut pusaka Jimat Kalimusodo dari tangan Dewi Mustokoweni. Pusaka itu lalu diserahkan kepada Petruk, yaitu salah seorang Punakawan Pandawa putra dari Ki Semar Badranaya agar dipegang menjadi ageman (penganggon-anggon) dan jangan sampai bisa direbut oleh pihak lain.

Jimat Kalimusodo ada ditangan Petruk kemudian Petrukpun mengamalkannya, dengan bantuan Batara Guru dan Batara Narada yang ingin membantu Petruk agar mampu menyimpan dan menyelamatkan pusaka Jimat Kalimusodo. Maka Petruk jadilah seorang yang sakti mandraguna, gagah perkasa, tanpa tanding.

Dengan kesaktiannya itu, Petruk menjadi jumawa, angkuh dan sombong. Dengan kesaktiannya itu Petruk menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya, salah satu negeri yang ditaklukannya adalah negeri Sanyowibowo.

Dengan bangga dan penuh kesombongan kemudian Petruk mengangkat dirinya menjadi seorang raja yang berkuasa penuh atas kerajaan dan negeri Sanyowibowo, dengan  bergelar “Prabu Belgeduwelbeh Tongtongsot” bahkan petruk sering kurang control dan semaunya sendiri, Selain kesaktiannya Petruk sering memakai ‘Aji Mumpung’ selama menjadi raja.’

Petruk jadi tenar dan mashur di negeri Sanyowibowo, dibawah kekuasaan “Prabu Belgeduwelbeh” seorang raja baru yang sakti membuat negeri Astina, Dwarawati, dan negeri Amarta menjadi ketir-ketir atau was-was. Mereka khawatir kalau-kalau negerinya diserang dan ditaklukkannya. Maka sepakatlah mereka secara versama-sama akan menyerang kerajaan Sanyowibowo dan sekaligus akan membinasakan “Prabu Belgeduwelbeh.”

Namun, tak seorangpun dari mereka yang mampu mengalahkan kesaktian “Prabu Belgeduwelbeh,” bahkan mereka dengan begitu mudah dapat dikalahkan oleh “Prabu Belgeduwelbeh” yang tak lain adalah si Petruk.

Melihat kenyataan itu, Sri Kresna seorang penasehat pandawa melapor untuk memohon bantuan kepada Ki Lurah Semar Kudapawana, ayah dari Petruk yang sudah menjadi raja di negeri Sanyowibowo, dan Nolo Gareng, kakak Petruk agar bisa meningatkan Petruk sang raja sakti dan sombong yang jumawa.

Singkat cerita, dengan kesaktian Sanghyang Semar Badranaya dan Nolo Gareng, akhirnya kesaktian “Prabu Belgeduwelbeh” dapat dikalahkan dan kesaktiannya bisa dilenyapkan, begitupun segala kesombongannya hilang seketika out “Prabu Belgeduwelbeh” kembali menjadi seperti wujud semula menjadi Petruk yang sesungguhnya.

Kemudian Batara Guru dan Batara Narada yang bertanggung jawab atas rekayasa Petruk menjadi raja di Negeri Sanyowibawa membeberkan alasannya, bahwa mereka berdua menjadikan Petruk menjadi raja yang sakti semata-mata agar petruk mampu menyelamatkan pusaka Jimat Kalimusodo yang akhir-akhir ini sudah dijauhkan dari raja dan rakyat Amarta sendiri.

Akhirnya, Petruk pun sadar dan tau diri, bahwa dirinya menjadi raja hanya sementara dan ada batas waktunya. Menjadi raja hanya semat-mata untuk menyelamatkan pusaka Jimat Kalimusodo, yang kemudian tongkat kepemimpinannya dikembalikan kepada raja yang seharusnya.

Mang Coment, “Lakon ‘Petruk Dadi Ratu’ biasanya digelar sebagai sindiran, sakire  kepada pemimpin atau penguasa yang…? Merupakan kritik sosial masyarakat dengan goyonan kocak,” kisahnya.

“Dalam lakon itu, akhirnya Petruk pun dengan rela menyerahkan tongkat kepemimpinannya kepada raja berikutnya,” pungkas ceritanya.

(ria/red.bkn/d)

Previous Post

Deklarasi Relawan Ganjar di Lampunmg Libatkan Siswa-siswi SD

Next Post

“Kesempatan Emas” untuk Investasi di IKN …

Bakin Pusat

Bakin Pusat

Next Post
“Kesempatan Emas” untuk Investasi di IKN …

“Kesempatan Emas” untuk Investasi di IKN …

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Bakin Online

Berita Aktual Investigasi Nasional – KANTOR HUKUM MEDIA BAKIN

PT. Bangun Kreasi Indonesia
Jl. Soekarno Hatta no. 636 Bandung – Jawa Barat

Kategori Berita

  • Ekonomi
  • Hukum & Ham
  • Lain Lain
  • Opini
  • Pariwisata
  • Politik
  • Properti
  • Sekilas Info
  • Sosial Budaya

© 2021 Bakin Online - Berita Aktual Investigasi Nasional - KANTOR HUKUM MEDIA BAKIN

No Result
View All Result
  • Home
  • Opini
  • Ekonomi
  • Politik
  • Hukum & Ham
  • Pariwisata
  • Sosial Budaya
  • Properti
  • Sekilas Info
  • Staf Redaksi

© 2021 Bakin Online - Berita Aktual Investigasi Nasional - KANTOR HUKUM MEDIA BAKIN